Perbedaan Kurikulum KTSP 2006 dengan Kurikulum 2013


Pemberlakuan kurikulum 2013 sudah barang tentu sebagai sarana untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.UU Nomor  20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada  Pasal 1 Butir (1), dinyatakan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaranagar siswa secara aktif mengembangkan potensidirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”. Deskripsi pada Pasal  1 Butir (1) secara eksplisit sudah nampak dalam kurikulum 2013, yakni pada 

Kompetensi Inti  Satu (KI 1) yang berkaitan dengan sikap spiritual, Kompetensi Inti  Dua (KI 2) berkaiatan sengan sikap sosial, Kompetensi Inti  Tiga (KI 3) tentang pengetahuan, dan Kompetensi Inti  Empat (KI 4) berdimensi keterampilan.




Kurikulum yang berakar pada budaya lokal dan bangsa memiliki arti bahwa kurikulum harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar dari budaya setempat dan nasional tentang berbagai nilai yang penting. Kurikulum juga harus  memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpartisipasi dalam mengembangkan nilai-nilai budaya setempat dan nasional, sehingga dapat menjadi nilai budaya yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari,  dikembangkan, dan dijaga kelestariannya.

Beberapa perbedaan esensial antara Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Kurikulum 2013 dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Perbedaan Esensial KTSP dengan Kurikulum 2013
KTSP 2006
Kurikulum 2013
Keterangan
Tematik untuk kelas I – III (belum integrasi)
Tematik ntegratif untuk kelas I – IV
SD
TIK mata pelajaran mata pelajaran sendiri
TIK merupakan sarana pembelajaran, dipergunakan sebagai media pembelajaran mata pelajaran lain
SMP
Bahasa  Indonesia sebagai pengetahuan
Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dan carrier of knowledge
SMP/SMA/SMK
Untuk SMA, ada penjurusan sejak kelas XI
Tidak ada penjurusan di SMA. Ada mata pelajaran wajib, peminatan, antar minat, dan pendalaman minat
SMA/SMK
SMA dan SMK tanpa kesamaan kompetensi
SMA dan SMK memiliki mata pelajaran wajib yang sama terkait dasar–dasar pengetahuan, keterampilan dan sikap
SMA/SMK
Penjurusan di SMK sangat detil (sampai kehlian)
Penjurusan di SMK tidak terlalu detil (sampai bidang studi), didalamnya terdapat pengelompokkan peminatan dan pendalaman
SMA/SMK

Perbedaan yang menonjol dalam kurikulum 2013 khususnya pada jenjang sekolah dasar adalah pendekatan tematik integratif.Pada KTSP 2006 pembelajaran tematik hanya diterapkan pada kelas I sampai dengan kelas III, sedangkan kelas IV sampai dengan kelas VI masih menggunakan pendekatan mata pelajaran. Kurikulum 2013 pada dasarnya upaya penyederhanaan dengan menggunakan pendekatan tematik integratif. Hal ini karena kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi masa depan.

Kurikulum 2013 disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan yang penuh tantangan dan memerlukan penyelesaian masalah secara integratif yang tidak terkotak-kotak dalam disiplin ilmu tertentu. Titik beratnya, bertujuan untuk mendorong peserta didik, mampu lebih baik dalam mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, bahkan sampai dengan mencipta sesuai dengan perkembangan kognitif dan psikologisnya.

Adapun obyek yang menjadi pembelajaran dalam penataan dan penyempurnaan kurikulum 2013 menekankan pada fenomena alam, sosial, seni, dan budaya sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa, baik yang ada di lingkungan sekitarnya maupun di tingkat nasional. Melalui pendekatan itu diharapkan peserta didik memiliki kompetensi sikap religius dan sosial, pengetahuan, serta keterampilan jauh lebih baik. Peserta didik akan lebih kreatif, inovatif, dan produktif, sehingga ke depan mereka bisa sukses dalam menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zamannya. Dalam pendekatan tematik integratif ini dapat dilakukan dan dikembangkan baik daerah perkotaan maupun pedesaan, karena memberikan peluang yang besar untuk memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber pembelajaran. Hal ini sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan jenjang Sekolah Dasar, yakni:

Dimensi sikap: memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain.

Dimensi pengetahuaan: memiliki pengetahuan faktual dan konseptual berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain.

Dimensi keterampilan: memiliki kemampuan pikir dan tindak yang produktif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang ditugaskan kepadanya (Permendikbud No. 54 tahun 2013).


Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema.Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam dua hal, yaitu integrasi sikap, keterampilan, pengetahuan dalam pembelajaran, dengan integrasi berbagai konsep dasar yang berkaitan.Tema merajut makna berbagai konsep dasar sehingga peserta didik tidak belajar konsep dasar secara parsial tetapi holistik (menyeluruh).Dengan demikian pembelajaran memberikan makna yang utuh kepada peserta didik seperti tercermin pada berbagai tema yang tersedia.Dalam pembelajaran tematik integratif, tema yang dipilih berkenaan dengan alam dan kehidupan manusia. 
           
Pendekatan tematik integratif akan memberikan makna yang substansial terhadap mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Seni-Budaya dan Prakarya, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Di sinilah Kompetensi Dasar dari Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial yang diorganisasikan ke mata pelajaran lain memiliki peran penting sebagai pengikat dan pengembang Kompetensi Dasar mata pelajaran lainnya. Dari sudut pandang psikologis, peserta didik belum mampu berpikir abstrak untuk memahami konten mata pelajaran yang terpisah kecuali kelas IV, V, dan VI sudah mulai mampu berpikir abstrak. Dalam pembelajaran tematik integratif, materi ajar tidak disampaikan berdasarkan mata pelajaran tertentu, melainkan dalam bentuk tema-tema yang mengintegrasikan seluruh mata pelajaran. Dalam praktiknya,  pembelajaran tematik integratif ini sudah diterapkan di banyak sekolah dan menunjukkan hasil yang baik.


Sumber: Materi Diklat Kurikulum 2013, Kemdikbud.
Eko Pujiyanto

Manusia biasa, banyak lupanya. Apa yang saya pelajari saya catat di blog ini. Suatu saat lupa bisa saya cari kembali. Juga untuk berbagi, biar manfaatnya tidak untuk saya sendiri. Karena ilmu bukan untuk dimiliki sendiri.
Little work: Geogebra, Youtube, Sourceforge.
Nothing special.

Silakan tinggalkan komentar, tanggapan, saran, umpan balik untuk posting ini. Terima kasih.

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama

Posting Pilihan

Untuk melihat Daftar Isi semua posting blog ini, silakan klik di sini.

Atau silakan pilih dari beberapa posting rekomendasi di bawah ini.


DMCA.com Protection Status